Sabtu, 24 September 2011

" SANG PEMBUDIDAYA BANDENG "


I. PENDAHULUAN

I.1    Latar Belakang

                  Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi utama di Indonesia yang paling banyak diminati baik secara langsung ataupun menjadi olahan. Meskipun telah dipelihara berabad-abad pada kolam air payau atau tambak, petani tambak masih menggantungkan seluruh kebutuhan benihnya dari hasil hatchery. Hambatan utama yang dihadapi dalam rangka usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pada usaha industri perbandengan adalah persediaan benih, yang berasal dari alam dan hatchery.
                  Perhatian semakin meningkat pada usaha pembenihan ikan bandeng baik itu untuk konsumsi dan bandeng umpan terutama untuk ikan tuna dan skipjack. Meskipun demikian  budidaya banding konsumsi masih tetap dilakukan oleh sebagian petambak, alasan yang mendasari hal tersebut karena budidaya bandeng konsumsi tidak membutuhkan modal yang terlalu besar dengan jangkauan pasar yang luas.
                  Untuk meningkatkan produksi bandeng konsumsi, telah dilakukan terobosan-terobosan dengan pemeliharaan kepadatan tinggi antara 5-6 ekor/m2. Dengan penambahan beberapa teknologi, seperti penumbuhan pakan alami, pada waktu penebaran dan pemberian pakan buatan berupa pellet setelah ikan berumur 60 hari masa pemeliharaan. Teknologi penambahan lainnya yaitu pengoperasian kincir air untuk menambah suplai oksigen yang dapat menunjang hidup ikan bandeng yang di budidayakan.

I.2     Tujuan
1.    Menerapkan teknologi budidaya ikan bandeng secara intensif
2.    Meningkatkan sumber pendapatan pembudidaya ikan bandeng
3.    Memanfaatkan SDA yang dimiliki serta sumber daya manusia agar dapat lebih dimanfaatkan kembali.
4.        Menyebarluaskan paket teknologi yang telah berhasil di kaji terap kepada masyarakat khususnya petani/pengusaha tambak melalui kegiatan pelatihan, temu teknis, kursus lapangan, dan lain – lain.
5.        Meningkatkan volume dan mutu produk yang pada akhirnya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS).





II. BAHAN DAN METODE


2.1   Bahan 
Bahan-bahan yang digunakan selama budidaya ikan bandneg diantaranya adalah :
Tabel 1. Bahan budidaya bandeng
No.
Uraian
Satuan
Jumlah
1
Pupuk anorganik
Kg
1.000
2
Pupuk organik
Kg
500
3
Pakan buatan
Kg
3.000
4
Nener
Ekor
20.000

2.2   Metode 
2.2.1         Waktu dan Tempat
                  Pelaksanaan budidaya pembesaran ikan bandeng dilaksanakan di tambak BPBPLAPU Karawang tepatnya pada petakan C6. Penebaran nener bandeng dilakukan pada bulan Juli 2009 sampai pada waktu panen pada bulan Nopember 2009 .
Tabel 2. Jadwal kegiatan budidaya Bandeng
No.
Kegiatan
Waktu
1
Persiapan tambak
10 Juni 2009
2
Pengisian air
11 Juli 2009
3
Penebaran benih
18 Juli 2009
4
Panen
19 Nopember 2009

2.2.2         Data Penanaman Bandeng Intensif
 
1.    Lokasi                           : C.6
2.    Luas                              : 4180 m2
3.    Teknologi                     : Intensif
4.    Jumlah Tebar              : 20.000 ekor
5.    Padat Tebar                 : 5 ekor/m2
6.    Tanggal Tebar             : 18 Juli  2009
7.    Tanggal Panen           : 19 Nopember 2009
8.    Pakan                           : 3.000 kg
          9.   Target Produksi          : 1.800 kg
         10.  Layout Tambak          :














C6

C7
C7
C8

C9


C7
C7
C7
C7
C7
C7
C7
C7


C13


C12
C11
C10

C14







2.3       Pemilihan Lokasi
                  Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk budidaya bandeng secara intensif yaitu :
1.    Lokasi budidaya berada di daerah yang pasang surutnya lebih rendah di bawah 1 meter, tujuannya untuk mempermudah pengelolaan air
2.    Tekstur tanah dasar berupa tanah liat
3.    Jarak lokasi budidaya dari garis pantai 500 m
4.    Lokasi yang dipilih tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi lainnya serta daerah pemasaran.

2.4    Persiapan Lahan
A.        Perbaikan kontruksi lahan 
      Perbaikan konstruksi lahan dimulai dengan perbaikan pematang, pintu air, serta saluran pemasukan dan pegeluaran air.
         B.      Pengeringan      
        Pengeringan dilakukan selama 30 hari sampai tanah retak – retak. Lama pengeringan disesuaikan dengan cuaca dan kondisi tanah.
  C.     Pengangkatan Lumpur/keduk teplok
Pengangkatan lumpur sisa pengelolaan sebelumnya karena biasanya banyak menganduk banyak amoniak dan asam sulfide yang dapat menghambat pertubuhan dan menjadi racun untuk bandeng yang dipelihara.
D.        Pengelolaan tanah dasar
      Tanah dasar diberi pupuk dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan pakan alami (klekap). Pupuk yang digunaka adalah anoganik. Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk UREA sebanyak 500 kg/ 2ha dan pupuk organik 1000 kg2/ha.
E.         Pemasangan skala air
Skala air merupakan alat untuk mengukur ketinggian air dalam menunjang penentuan volume air tambak.
F.         Pemasangan saringan air 
      Pemasangan saringan air dilakukan di pintu pemasukan dan pengeluaran untuk mencegah masuknya hama ikan liar kedalam tambak pemeliharaan. Saringan yang digunakan terbuat dari kain waring dan ijuk.
G.        Persiapan air
      Lahan diisi air dengan tinggi 5 cm, biarkan 7 hari, kemudian secara berangsur air ditinggikan hingga mencapai ketinggian 30 cm. Berikutnya air ditinggikan menjadi 60 cm. Tujuannya untuk penetrasi cahaya agar mempercepat pakan alami dapat tumbuh.
H.        Pemasangan pompa air dan kincir air
      Di petak pemeliharaan diperlukan pemasangan pompa air untuk pembuangan air dan bisa juga dipergunakan untuk sirkulasi. Pemasangan kincir air dipergunakan untuk suply oksigen di waktu malam hari. Kincir yang di pasang cukup 1 unit. 

2.5    Persiapan Nener
Nener yang dipilih merupakan nener yang sehat, aktif dan bebas pathogen penyakit. Nener yang sehat dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan morfologi dan tingkah laku:
A.        Nener akan bergerak cepat bila terkena rangsangan fisik
B.        Nener akan berenang melawan arus apabila air medianya di aduk memutar
C.        Nener berkualitas prima memiliki jumlah ruas tulang belakang antara 44 – 45
D.        Tidak terserang mata perak, mata perak dapat terlihat di ruang gelap dan di aerasi sehingga tampak gerakan bercak keperakan sesuai arah aliran air.

2.6    Penebaran Nener
          Dalam penebaran nener harus memperhatikan waktu dan teknik penebaran. Sebelum nener ditebar perlu dilakukan aklimatisasi (adaptasi), suhu, salinitas, dan perhitungan populasi pada kantong untuk mengetahui dengan pasti jumlah nener yang akan ditebar dengan cara sampel 2-3 kantong.
A.        Waktu penebaran
                  Penebaran nener baik dilakukan pada waktu pagi hari yaitu pukul 06.00 karena pada waktu ini kondisi fluktuasi suhu tidak mencolok, parameter air dan lingkungan tidak banyak berubah. Pada waktu penebaran kondisi air pada suhu 28ºC, salinitas, 25o/00, pH 7,2.
B.        Aklimatisasi
      Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota yang dipelihara dengan linkungan baru yang akan digunakan untuk budidaya bandeng. Setelah sampai di tambak kantong plastik ditebar merata di petakan. Kantong dibiarkan selama 15 menit atau sampai adanya kabut atau titik air dalam kantong plastik sebagai akibat proses aklimatisasi suhu. Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan memasukan air tambak kedalam plastik nener. Perlakuan ini di lakukan sampai salinitas air di dalam plastik sama dengan salinitas air tambak atau mendekati. Kemudian kanong – kantong yang berisi nener tersebut dibuka dan nener keluar dengan sendirinya.

2.7   Pemberian Pakan
 
                 Pemberian pakan yang berlebihan akan menimbulkan pengendapan bahan organik dan dapat menyebabkan penurunan kualitas air, demikian juga dengan kekurangan pakan akan menyebabkan ikan bandeng terhambat pertumbuhannya (kuntet).
                  Bandeng diberi pakan buatan berupa pellet  dengan merk pakan “Chuen Shin” yang diproduksi oleh PT. Grobest Indomakmur dengan frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 1 kali pada pukul 08.00 sampai umur 95 hari untuk tambak bandeng intensif pemberian pakan dengan berat pakan rata – rata 11 kg, saat bandeng berumur 96 hari pakan dinaikan menjadi 25 kg per hari. Sedangkan untuk bandeng konsumsi pemberian pakan pertama sebanyak 7 kg/hari dan selanjutnya semakin meningkat sehingga pada pemberian pakan terakhir jumlah pemberian pakan sebanyak 20 kg dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali yaitu pada pukul 08.00 dan 16.00, tabel pemberian pakan dapat dilihat pada lampiran.
                  Selain pakan buatan peran pakan alami juga sangat membantu, pemupukan dengan pupuk organik dan anorganik ditujukan untuk menumbuhkan klekap multi plankton yang sangat disukai oleh ikan bandeng apabila dilihat dari sifat ikan bandeng yang cenderung herbivora.

2.8   Hama dan Penyakit
                  Salah satu faktor yang dapat menggagalkan usaha budidaya pembesaran bandeng adalah hama penggangu bagi bandeng baik itu berupa biota pemangsa maupun pesaing. Adapun salah satu hama yang dimaksud adalah ular (Cerberus rhynchops), burung blekok (Ardiola rellvides). Dan pesaing bagi bandeng adalah ikan-ikan liar seperi belanak, dll. Penanggulangan hama penggangu dapat dilakukan secara fisik, yaitu memonitor tambak sesering mungkin dengan cara membunuh hama pengganggu seperti ular dengan menggunakan senjata tajam seperti golok atau parang, dimana biasanya hama ular hanya muncul pada sore dan malam hari.

2.9   Pengelolaan Kualitas Air
                  Selama pemeliharaan dilakukan pengamatan terhadap kualitas air tambak secara berkala baik itu untuk petakkan intensif maupun bandeng konsumsi, karena kualitas air sangat erat kaitannya dengan keberhasilan budidaya. Pengelola tambak biasanya menggunakan indra mereka untuk mengukur kualitas air tambak. Parameter kualitas air yang biasanya dijadikan tolak ukur untuk budidaya diantaranya adalah salinitas, pH, kecerahan, alkalinitas,  dan DO (Dissolved Solution). Standar parameter budidaya bandeng adalah; salinitas berkisar antara 15-30 ppt, suhu 27-39 oC pH air 7,5-8,5, kecerahan 20-30 cm dimana kecerahan sangat mempengaruhi tumbuhnya pakan alami, dan yang terakhir yaitu DO air > 30 ppm (sumber: Budidaya Bandeng Umpan dan Konsumsi, BPBPLAPU Karawang).




2.10 Sampling
                 Monitoring pertumbuhan (sampling) dilakukan dengan pengambilan contoh dengan menggunakan jala tebar (penjalaan). Tujuan dari kegiatan sampling adalah untuk mengetahui panjang dan bobot ikan yang dipelihara, kondisi ikan, laju pertumhuhan harian ABW (Average Body Weight), SR (Survival Rate), dan populasi ikan yang dipelihara.

2.11 Pemanenan
                  Kegiatan panen ikan bandeng dilakukan ketika ikan bandeng yang dipelihara telah berumur  161 hari dengan ukuran panen yang berbeda untuk ikan bandeng dengan metode intensif ukuran panen bandeng adalah size  5  ekor/ kg. Sistem panen yang dilakukan adalah panen parsial atau sebagian. Peralatan yang digunakan ketika pemanenan adalah jaring, pompa submersible ukuran 6 inchi, seser, kemplung, bak fiber, dan karung. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan waktu panen adalah balok es, dan air bersih. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari hingga siang hari, tujuannya untuk mencegah kondisi ikan menurun kualitasnya karena peningkatan suhu dan dilihat dari segi pemanenan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Berikut adalah proses kegiatan pemanenan bandeng :
1.        Pemakaian kincir air dihentikan terutama untuk petakan bandeng intensif, dan air disurutkan melalui pipa pengeluaran dan dibantu dengan menggunakan pompa.
2.        Ketika air disurutkan penjalaan sudah dapat dilakukan, dengan cara jaring dibentangkan dan ditarik dari dua arah
3.        Ikan yang diperoleh dicuci dengan menggunkan air bersih di dalam bak fiber, kemudian dipindahkan ke dalam bak fiber yang lainya yang telah diisi air dan es untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan
4.         Apabila air dipetakan tambak telah surut dan ikan yang tersisa dapat diambil dengan menggunkan tangan, dan kemudian dapat segera dipasarkan.






III. HASIL DAN PEMBAHASAN




3.1   Hasil
                  Kegiatan pembesaran ikan bandeng di petakkan milik BPBPLAPU Karawang, dilaksankan dengan metode intensif. Padat penebaran untuk bandeng dengan teknologi intensif di petakkan tambak blok C6 adalah 5 ekor/ kg dari jumlah nener yang ditebar sebanyak 20.000 ekor dengan luas lahan yang digunakan sebesar 4180 m2, jumlah total panen yang dihasilkan adalah 1.095 kg dengan size atau ukuran panen 4-5 ekor/ kg. Lama waktu pemeliharaan bandeng 120 hari dengan SR (Survival Rate) panen 27,3 % . Selama waktu pemeliharaan bandeng intensif yang kurang lebih adalah 3 bulan lamanya, pakan yang habis digunakan adalah 3000 kg. Oleh sebab itu FCR (Feed Convention Ratio) yang dihasilkan adalah 1,3 artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan maka pakan yang habis adalah 1,3 kg. Kegiatan sampling dilakukan setiap 30 hari sekali data sampling (Tabel 2) yang dihasilkan digunakan untuk menghitung jumlah pakan yang akan diberikan selanjutnya.
        
No.
Tanggal
Umur (hari)
Hasil Sampling
Jumlah
Ukuran (size)
Berat (gram)
Panjang (cm)
1
3/8/2009
30
25,3
11
15
43
2
2/9/2009
60
51
17,8
25
20
3
3/10/2009
90
106,2
24,9
20
11
4
3/11/2009
120
202,5
31,2
22
5





        







                  Pemasaran  ikan bandeng di BPBPLAPU Karawang tidak jauh dari lokasi budidaya yaitu para tengkulak yang berasal dari sekitar lokasi, dan biasanya khusus untuk bandeng dengan teknologi instensif  bandeng dengan ukuran 4-5 ekor/kg biasanya diolah menjadi pindang bandeng yang panganan khas daerah pesisir karawang ataupun olahan lainnya.

3.2   Pembahasan
                  Usaha pembesaran ikan bandeng air payau di BPBPLAPU Karawang bukan tidak menemui kendala selama proses budidayanya, banyak hal yang terkadang menjadi suatu tantangan di dalam budidaya ikan bandeng baik itu dengan teknologi intensif. Salah satu dari beberapa kendala tersebut adalah fluktuatif kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap biota yang dibudidayakan, terutama apabila datangnya musim penghujan. Kurangnya penetrasi cahaya matahari dapat menghambat tumbuhnya pakan alamai bagi bandeng yang berupa klekap. Selain itu dalam pemasaran ikan bandeng yang dihasilkan, terkadang menemui beberapa kendala yang mendasar yaitu penentuan harga jual ikan bandeng yang tepat, terkadang beberpa kali walau usia bandeng telah mencapai umur panen tetapi tetap dipertahankan untuk memperoleh harga yang pas dan yang berdampak pada biaya produksi lebih tinggi.
                  Sejauh ini kegiatan budidaya ikan bandeng di BPBPLAPU tidak mengalami permasalahan yang signifikan dan menyebabkan kerugian yang cukup fatal. Oleh sebab itu hingga sekarang kegiatan pembesaran ikan bandeng terus dipertahankan bahkan semakin ditingkatkan.
                 






IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1    Kesimpulan
Pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di BPBPLAPU Karawang dapat dikatakan sangat berhasil, dengan dua teknologi budidaya yang diterapkan yaitu sistem budidaya intensif. Kegiatan pembesaran ikan bandeng dilaksanakan di petak blok C6 dengan luas lahan 4180 m2 untuk sistem budidaya intensif mampu menghasilkan ikan dengan total panen 1.095 kg dari jumlah awal tebar sebanyak 20.000 ekor nener dengan masa pemeliharaan 120 hari dan size ketika panen adalah 4-5 ekor/ kg, sedangkan SR yang dihasilkan adalah 27,3 %. Diharapkan kegiatan pembesaran ikan bandeng di BPBPLAPU Karawang ini dapat semakin ditingkatkan dan berkembang serta menghasilkan kualitas ikan yang terbaik.

4.2    Saran 
Kegiatan budidaya bandeng secara progresif patut lebih dikembangkan lagi melihat prospek pasar yang terbuka luas bagi pembudidaya, dan perlu adanya peningkatan dalam penerapan teknologi budidaya pembudidaya bandeng.









V. PENUTUP

Demikian Laporan Kegiatan Aplikasi Teknologi Budidaya Bandeng dengan Metode Intensif di BPBPLAPU Karawang dibuat dengan sebenar-benarnya. Semoga hasil laporan kegiatan ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan pertimbangan bagi kegiatan budidaya  bandeng  selanjutnya.























                                                                                   




















                                 


















                                  









1 komentar: